Kisah Gadis Desa Cantik Diperkosa 4 laki laki laki
Hamidah, demikianlah nama gadis itu, berparas sangat cantik
dibalik kerudung putih yang selalu dikenakannya setiap kali keluar rumah
ataupun berpergian. Tak heran semua lelaki menjulukinya si bunga desa, sebab postur
tubuhnya ramping namun padat berisi diusianya yang masih sangat muda belia ini,
delapan belas tahun. Wajah manisnya begitu sedap dipandang mata dari sisi
manapun ia dilihat serta memiliki bola mata yang akan membuat seluruh pria
terpana serta luluh oleh pesona kewanitaannya, apalagi ia berhidung sangat
mancung dan bangir sekali, bibirnya mungil kemerahan dan selalu tersipu malu
tatkala berpapasan mata dengan lelaki.
Namun tidak untuk saat ini, sebab mata indah yang selalu
mengukir bentuk wajahnya dengan alis menawan yang hitam lebat kini tampak mendung
saat harus merelakan kepergian kekasihnya, Ikhwan. Terpaku dalam keheningan dan
bibir kelu kedua manusia ini hanyut dalam pikiran masing-masing di hamparan
lepas pantai pada pesisir desa mereka yang menyimpan banyak kenangan masa kecil
mereka. Daftar Slot Online
“Berjanjilah untuk selalu menungguku, Hamidah..”,suara Ikhwan
pun akhirnya keluar disaat-saat terakhir kebersamaan mereka, meskipun terdengar
berat dan sedikit parau, ada nada takut kehilangan disana. Dipegangnya kedua jari
jemari gadis itu dimana masih melekat cincin emas di jari manis Hamidah.
“Mas..”, Hamidah tercengang, ada rasa haru dan gembira
disana tak terkatakan sudah, janji Ikhwan memang telah dibuktikan dengan ikatan
pertunangan mereka seminggu yang lalu dan cincin itu akan selalu dikenakannya
dalam penantian panjang.
“Aku pergi dirantau takkan lama, percayalah sayang.. setelah
aku datang kembali nanti, aku akan langsung melamarmu..akan kubawa uang yang
banyak untuk mengawini dan membahagiakanmu Hamidah..”, Dipeluknya gadis itu
dengan dekapan penuh akan kerinduan yang dalam. Hamidah menengadahkan wajahnya dalam
pelukan Ikhwan memandang wajah kekasih hatinya penuh kegalauan. Ahh.. mata
gadis itu semakin memberatkan langkah dan niatnya.
“Berhati-hatilah diperjalanan mas, aku akan selalu menanti
kehadiranmu kembali..”, tak kuasa Hamidah membendung bola matanya dari luapan
air kesedihannya yang tertumpah membasahi kedua pipi dibalik kerudung putihnya itu.
Ikhwan diusianya yang ke dua puluh tiga ini memanglah sosok lelaki dambaannya
sejak kecil, berwajah ganteng dan menjerat seluruh hatinya sudah. Linangan air
mata itu segera dihapus oleh jemari sang kekasih.
“Tentu dindaku sayang..”, sahut Ikhwan dan lima menit mereka
berangkulan sebelum kapal layar yang akan ditumpangi kekasihnya segera
berangkat. Dalam belaian angin laut yang mengibaskan kerudung putih dan
pakaiannya gadis itu melambaikan tangannya kearah perahu dimana kekasihnya berada,
menjauh dan semakin menjauh dari tempatnya berdiri. Tanpa disadari oleh gadis
itu sepasang mata tampak mengawasi tubuhnya dari jauh sambil tersenyum
menyeringai penuh maksud yang hanya diketahui oleh si empunya si sosok ini.
Hamidah sepeninggal Ikhwan tinggal bersama kakek Ikhwan,
seperti Hamidah yang sebatang kara ini tak tau dimana ayah dan ibu serta kakek
neneknya berada. Ia hanya anak pungut yang diangkat oleh kakek Ikhwan sejak
kecil, orangtua Ikhwan juga telah tiada pula karena sakit oleh wabah pes yang
pernah melanda desa itu sebelumnya. Namun sebulan kemudian kakek Ikhwan
menderita sakit keras pula dan meninggal, hal ini membuat Hamidah sangat
bersedih hati. Semua kejadian itu tak luput dari pengawasan sesosok lelaki yang
selalu mengintai gerak-gerik gadis itu.
Sosok lelaki itu bernama Obul, seorang lelaki yang dulu
pernah ditolak cintanya oleh Hamidah dua tahun yang lalu, karena Hamidah sedari
kecil telah bersama-sama dengan Ikhwan, ia lebih memilih Ikhwan yang
keluarganya dalam hal ini kakeknya telah
berjasa merawatnya sejak kecil dibanding Obul yang segala perawakan dan
wajahnya teramat jauh penampilannya dari Ikhwan dan suka bermain judi online di Slot Online Terbaik. Obul berusia tiga puluh lima
tahun, bertubuh pendek serta cenderung kontet, rambutnya keriting dan wajahnya
agak buruk rupa. Selepas ditolak cintanya oleh Hamidah, ia bekerja kepada
penguasa setempat, julukkannya adalah datuk, namanya barkonang, ia memang
seorang yang sangat berpengaruh saat itu, usianya kurang lebih lima puluh
tahun, bisa dibilang dialah si penguasa daerah termasuk desa tempat dimana Hamidah
tinggal.Tubuhnya gemuk tapi kekar dan juga tinggi besar, kepalanya
sedikit botak dengan lusinan rambut putih yang menghiasi batoknya. Dan ia juga
telah mendengar kabar pula tentang kecantikan Hamidah yang menyandang gelar
kembang didesanya itu. Berkat kegigihannya menjadi anak buah datuk, Obul
mendapat kepercayaan menjadi tangan kanannya dari menjadi centeng untuk
melindungi datuk sampai urusan memata-matai wilayah jajaran kekuasaan si datuk.
Sepulangnya dari mengintai tampak Obul berbisik-bisik serta memohon sesuatu
kepada datuk penguasa tersebut yang dibalas dengan anggukan tanda setuju.
Seminggu kemudian, ketika malam semakin larut, Hamidah
tampak berjalan pulang selepas jamuan makan malam salah seorang teman
didesanya, busana yang dikenakannya malam itu sangat sopan dan tertutup lengkap
dengan kerudung putihnya, lengan bajunya tertutup sampai pergelangan tangannya,
sedangkan bagian bawahnya menutupi sampai tumitnya yang mengenakan selop.
Agaknya ia kemalaman pulang sendirian, tanpa disadarinya dua sosok manusia
mengikutinya dari belakang, rupanya kedua orang itu adalah suruhan datuk
barkonang, tujuannya cuma satu, yaitu menculik gadis itu. Hamidah terlambat
menyadari bahaya tersebut, tubuhnya telah tercengkeram erat, belum sempat ia
berteriak, mulutnya telah terbungkam oleh bekapan kain gombal. Kedua orang tadi
mengikat erat kedua belah tangan dan kakinya, kemudian tubuhnya Ikhwanukkan
dalam karung untuk kemudian dibopong berdua dan hilang dalam keheningan dan
gelapnya malam.
Samar-samar terlihatlah wajah seseorang yang tengah
menyeringai menatapi dirinya, Hamidah mendapati dirinya terlentang dalam
hamparan sprei berwarna putih bersih dalam kamar asing yang besar dan masih
dalam keadaan terikat erat kedua tangannya yang menelikung kebelakang punggung
serta mulut mungilnya yang tersumpal gombal namun masih berbusana lengkap.
Orang itu kemudian menarik lepas gombal di mulutnya dengan kasar.
“Obul.. Oh tidak! Apa-apaan ini?! Lepaskan aku!!”,jeritnya
tertahan setelah pandangannya menjadi jelas, ditatapnya seluruh ruangan, ada
tiga orang lagi yang mendampingi Obul, orang yang pernah ia tolak cintanya dulu,
salah satunya ia kenal sekali, yakni si datuk penguasa dengan dua orang yang
menculiknya tadi.
“Hehehe.. Hamidah..rupanya kau masih mengenali aku ..
Tahukah engkau? Mengapa engkau sekarang kubawa kesini?”,Obul terkekeh-kekeh
dibalik wajahnya yang buruk rupa itu, sementara yang lainnya masih
senyum-senyum belum bereaksi sama sekali.
“Apa maksudmu Obul? Salah apa aku kepadamu? Dan untuk apa
kau bawa aku kehadapan datuk?”,gadis itu mengernyitkan alisnya tak mengerti
disela-sela ikatan yang mengunci pergelangan tangan dan kakinya.
“Hamidah..apakah kau tidak tahu kalau kakekmu selama ini
telah berhutang uang kepada kami dalam jumlah yang sangat besar..”,suara berat
yang berwibawa itu akhirnya terlontar pula dari datuk barkonang, sang penguasa menyela
ketidakmengertian gadis itu.
“Hutang? Ampun datuk..mendiang kakek tak pernah cerita
padaku tentang hal tersebut”,Hamidah semakin putus asa mendengar hal demikian.
“Betul sekali! Kakekmu telah lama berhutang kepadaku.. dari
sejak memulai usaha sawahnya, sampai ia merestui pertunangan kalian dan
membiayai bekal perjalanan kekasihmu merantau.. dan menurut catatan kami saat
ini..”,datuk menyuruh Obul memperlihatkan surat utang dimana memang terdapat
tanda tangan kakek Ikhwan tersebut kepada Hamidah. Gadis itu benar-benar kaget setengah
mati melihat kenyataan tersebut dan langsung lemas tak bertenaga.
“Mengapa banyak sekali datuk?”,gumam Hamidah lirih tanpa
semangat lagi.
“Hehehe.. tentu saja banyak Hamidah.. bukankah bunga yang
datuk tawarkan memang sangat besar.. toh kakekmu setuju dengan perjanjian
tersebut, sayang saja tua bangka itu telah mati lebih dulu sebelum kami menagih
hutangnya itu..”,jawab si penguasa.
“Karena cucunya masih hidup, maka cucunya kini sudah harus
menanggung semua hutangnya si kakek..”,sela Obul menambahkan.
“Kurang ajar sekali engkau Obul! Tampaknya semua ini adalah
siasat kotormu!”,ujar Hamidah gemas.
“Hehehe.. Hamidah.. aku sudah menjadi anak buah datuk..
segala permasalahanmu telah sepenuhnya kuserahkan keputusan kepadanya”,Obul melirikke si datuk memohon persetujuan.
“Dengan apa engkau akan membayarnya Hamidah?”,tanya datuk
penguasa itu dengan suara tenangnya yang khas namun sangat menggetarkan gadis
itu.
“Apakah engkau sanggup membayarnya Hamidah?”,desak Obul
dengan senyum jelek kemenangan, sebab gadis itu tak pelak lagi tak akan mungkin
sanggup mengganti semua hutang kakeknya yang telah mati.
“Dan..hal yang paling membuat aku tak percaya, bahwa
kepergian kekasihmu itu adalah untuk merencanakan pemberontakan terhadap
kekuasaanku! Ia pergi untuk mencari orang-orang diseberang lautan yang tidak
senang akan diriku dan berniat melawan dan membunuhku agar ia tak perlu lagi
membayar hutang kakeknya yang sudah sangat mencekik leher itu!”,suara datuk
terasa bagai guntur yang menggelegar disiang hari ditelinga gadis itu.
“A..pa?! Tak mungkin! Itu fitnah! Ikhwan tak akan berbuat
seperti itu datuk, percayalah.. jangan mendengar mulut culas si Obul
ini..”,belum lagi Hamidah berkata melayanglah tamparan telak mengenai pipi
kirinya, plak!!.. Si penguasalah yang melakukan hal itu kepadanya.
“Berani-beraninya engkau menyangkal hal itu
dihadapanku!”,maki si datuk barkonang.
“Ampun..ampun datuk!”,mohon Hamidah meratap, pipi kirinya
yang putih bersih telah memerah terkena tamparan telapak tangan datuk.
“Saat engkau pergi tadi, Tohari dan asep telah mengacak-acak
isi rumahmu Hamidah dan menemukan surat tulisan tangan nama-nama orang yang
akan dikumpulkan kekasihmu dirantauan!”,Obul menunjukkan bukti surat tersebut pula
pada Hamidah. Tak ada alasan untuk dapat mengelak lagi dari kenyataan, bahwa
itu adalah memang tulisan tangan Ikhwan, kekasih dan tunangannya.
“Jangan menyangkal lagi! Kekasihmu telah berada ditangan
kami, Hamidah!”,datuk itu menyeret tubuh Hamidah ke ruangan kamar yang lain
dimana kekasih gadis itu tergeletak pingsan dengan tangan dan kaki terikat erat
serta mulut tersumpal pula.
“Ikhwan..!!”,jerit Hamidah tertahan, bibirnya terasa kering
sudah bagai dibakar, ia berharap semua ini hanyalah mimpi, tetapi itu memanglah
sosok tubuh si Ikhwan.
“Hukuman terhadap kekasihmu yang merencanakan pemberontakan
adalah maut! Namun Obul telah berulang kali memohon kepadaku agar tunanganmu
itu dapat diselamatkan dari hukumanku! Asalkan engkau memberi kami pilihan! Ikhwan
hanya akan kami kurung dan terbebaskan dari hukuman mati dan semua hutang
kakekmu terlunasi jika engkau sudi menebusnya dengan tubuhmu ..hanya malam ini
sampai matahari pagi mulai terbit esok hari”,lanjut penguasa lagi
terang-terangan. Hamidah terjebak dalam kesulitan yang teramat pahit, tubuh
indahnya menggigil bergetar, semua pasang mata di kamar besar itu tertuju
kepadanya termasuk dua centeng yang menculiknya tadi, yakni Tohari dan si asep,
lama bunga desa ini termenung dalam kekalutan pikiran atas keselamatan
kekasihnya yang tercinta. Lamat-lamat akhirnya gadis itu mengangguk perlahan
sebagai jawaban atas persetujuannya, meskipun dengan sangat berat hati.
Pekatnya malam tidaklah sepekat hati Hamidah, si bunga desa
yang masih muda belia dan sangat cantik parasnya ini, sebab kini dalam keheningan
sang malam yang menyelimuti kawasan desa kekuasaan datuk, disamping ranjang besar
gadis itu berdiri diapit oleh Obul dibelakang serta datuk didepannya, kerudung
putihnya direnggut oleh tangan Obul dari belakang dan tergerailah rambut hitam
lebat gadis itu yang seketika jatuh dipundaknya, rambutnya memanjang melewati
pundak belakangnya, sungguh indah dipandang mata. Dari depan datuk membuka
busana yang dikenakan Hamidah hingga terlucuti hingga ke mata kakinya. Semua
terpana takjub melihat tubuh gadis itu yang kini tinggal mengenakan kutang dan
sempaknya,betapa tidak! Tubuh gadis itu ramping namun sangat padat berisi,
pusar dan perutnya terlihat rata serta berkulit putih tanpa cacat dan cela sama
sekali. Hamidah tertunduk malu diselingi isak tangisnya yang tertahan, tak biasa
ia diperlakukan seperti ini sebelumnya, selama hidupnya baru kali ini tubuhnya
dilihat lelaki, tak hanya satu.. tapi empat orang!“Bagus Obul! Sekarang buka kutangnya juga!”,perintah datuk
yang langsung dilaksanakan oleh orang kepercayaannya itu.
Kutang itu telah jatuh kelantai kamar, semua melihat bagian
dada gadis itu yang telah terbuka, tampaklah kedua belah payudara nan begitu
indah bentuk dan lekukannya disertai dengan hiasan putingnya yang berwarna
merah muda. Obul, Tohari dan asep tak berani mengeluarkan suara sedikitpun
karena akan mengganggu kesenangan datuk penguasa itu, mereka hanya menelan
ludah perlahan dengan masing-masing jakunnya turun naik menatapi kemolekkan
buah dada gadis belia tersebut. Hamidah ingin menyilangkan tangannya didepan dada
untuk menutupi payudaranya, tetapi tangan Obul mencegah niatnya itu, gadis
belia itu semakin tertunduk berurai air mata lagi.
Kini tubuh setengah telanjang gadis itu direbahkan diatas
pelataran ranjang bersprei putih itu dan tetap diapit depan belakang oleh datuk
dan si Obul, diam-diam Obul celegukan memandangi payudara gadis ini yang dulu
menolak cintanya mentah-mentah, namun kini tak berdaya dalam kekuasaan dan
cengkeraman penguasa dan dirinya. Panggul gadis desa yang mulus itu ditaruh
didada berbulu Obul yang kontet, bak sudah dicucuk hidung, Hamidah hanya
menuruti saja tubuhnya digerakkan dan dibentuk sedemikian rupa hingga kini
belakang kepalanya terhimpit dikasur dan seluruh tubuhnya yang selangkangannya
masih tertutup sempak hanya bertopang pada kedua pundaknya kiri dan kanan,
sementara kedua belah kakinya yang masih Slot Online Indonesia
mengenakan selop itu terjurai sejajar keatas. Dengan jari tangannya yang
gemetar dideru nafsu Obul melucuti sempak Hamidah melalui kedua kakinya yang menjulang tinggi
diatas kasur, lalu kedua betisnya yang putih mulus dan halus itu dicengkeram
erat-erat oleh tangan Obul untuk kemudian dibuka mengangkang seperti kaki
katak, setelah kedua selopnya dilepas, kini sempurnalah sudah ketelanjangan gadis
belia cantik ini memperlihatkan seluruh bagian di tubuhnya.
Dalam posisi sedemikian rupa, keempat lelaki itu kini dapat
melihat seutuhnya bagian-bagian terlarang dari si kembang desa, sementara gadis
itu sungguh merasa malu demi mengetahui tubuhnya yang telanjang menjadi tontonan
gratis dan menarik bagi lelaki-lelaki itu, sedu sedannya tak juga berhenti
meratapi nasibnya yang malang. Kedua belah paha Hamidah terbuka sudah
menampakkan bagian yang paling pribadi ditubuhnya, selangkangannya dihiasi oleh
dua lubang keintimannya, lubang yang tampak segaris nan dihiasi oleh bulu-bulu
halus itu adalah lubang kemaluannya, selama ini ia hanya mempergunakannya
semata-mata menuntaskan hajatan untuk pipis saja, lubang yang satunya lagi
adalah lubang anusnya nan digunakan untuk pelepasan. Kedua lubang itu berwarna
merah muda dan terukir indah disela-sela pahanya.
“Hmm..benar-benar indah.. dan juga wangi..”,puji datuk demi
melihat kemaluan dan pantat dara itu sambil sesekali membaui selangkangan gadis
muda belia nan cantik itu.
“Dan semuanya hanya untuk datuk..”,sembah Obul kepada datuk.
Tubuh Hamidah seperti telah menjadi ajang pertaruhan tebusan atas keselamatan nyawa
kekasihnya dan berhak diperlakukan sesuka hati. Bagaikan diperhamba saja, kedua
ibu jari kekar milik si datuk dengan leluasa membuka perlahan kedua belah bibir
kemaluan Hamidah seperti orang yang sedang membelah duren, aroma khas yang
terpancar dari dalam lubang intim gadis itu semakin nyata dihidungnya, seiring
dengan terbukanya area belahan dalam liang untuk sanggama milik si bunga desa
ini. Terlihatlah isi bagian dalam lubang surganya yang berbentuk celah daging
merah menyala, dan yang membuat hati datuk itu menjadi senang adalah tatkala ia
menemukan selaput dara Hamidah masih menjaga dengan utuh jalan masuk kedalam
liang kemaluannya nan memukau.“Betapa bodohnya engkau Ikhwan..punya tunangan secantik ini
kau sia-siakan hanya demi adat dan tata krama yang kaku.. sehingga kau tak
berkesempatan lagi untuk menjadi yang pertama bagi gadismu sendiri..kasihan
sekali engkau Ikhwan..karena keperawanan gadismu inilah yang pertama kali akan kucicipi..akulah
lelaki pertama yang akan menundukkan gadismu.. yang akan membuatnya akan selalu
mengenang malam ini dalam hidup dan kehidupannya..hehehe Hamidah..engkau akan
jadi milikku sekarang!”,gumam si datuk penguasa didalam hati.
Telapak kaki gadis ini bergetar ketakutan dalam cengkeraman
tangan Obul yang terus memegangi agar posisi kaki indah Hamidah tidak berubah
sama sekali, sekilas lelaki kontet yang buruk rupa itu teringat saat mengamati gadis
yang diam-diam telah dicintainya ini sedang pergi ke sawah melewati pelataran,
ia sering melihat telapak kaki indah ini melangkah di pematang sawah dan
meninggalkan jejak-jejak mungil disana, juga saat gadis ini sedang pipis di
sungai, Obul selalu mengintip setiap ada kesempatan dan selalu hanya bisa
membayangkan dari jauh bentuk kemaluan gadis ini. Namun kini ia dapat melihat
dengan jelas telapak kaki dara belia nan cantik ini dengan sepuas hatinya dari
jarak dekat tengah mengangkang dihadapannya dan datuk, serta menyaksikan dengan
jelas pula bagaimana bentuk lubang kemaluan Hamidah tanpa harus capek-capek mengkhayal
lagi. Sebenarnya dalam lubuk hati Obul yang paling dalam tidak rela gadis ini
terjatuh ketangan datuk penguasa, namun demi kesetiaannya kepada si datuk,
dengan sangat berat hati ia berusaha menenangkan hatinya sendiri merelakan
gadis yang dicintainya ini dipersembahkan untuk kesenangan tuannya.
“Tenang Obul, nanti engkau juga akan kubagi selepas
ini..”,itulah jawaban datuk yang sepertinya tahu apa nan tengah berkecamuk
dalam hati lelaki kontet ini seraya mendekatkan mulutnya ke celah kemaluan Hamidah,
mengeluarkan lidahnya dan mulai menjilati lubang sanggama gadis itu dengan lahap.
Dijanjikan seperti itu membuat Obul makin bersemangat melaksanakan tugasnya
mencengkeram kaki indah si gadis desa, sementara datuk melaksanakan aksinya
mengulas lidahnya kedalam liang kegadisan dara belia ini. Apa yang dirasakan Hamidah
adalah sesuatu yang aneh mengalir dalam darah ditubuhnya, suatu rasa baru yang
perlahan-lahan semakin mengusik kalbunya, membangkitkan gairah kewanitaannya,
membelai lembut urat-urat keperawanannya nan berkutat mendesak birahi mudanya.
Arus syahwat yang mengusap keintimannya itu tambah lama menguat membobol dinding-dinding pertahanan nafsunya sendiri, sekian lama bertahan anunya diolesi lidah lelaki
gemuk yang tinggi besar ini, membuat kakinya semakin menggigil, akhirnya gadis
itu melepaskan bendungannya dalam ribaan cairan lendir kegadisannya nan mulai
membasahi isi liang sanggamanya.
“Nngghh..ouhh”,perlahan mulai terdengar desahan Hamidah
diantara rengkuhan kedua lelaki ini, sementara Tohari dan asep, kedua centeng
itu tak tahan pula menyaksikan adegan tersebut, mereka berdua serta merta
mengeluarkan batang pelirnya dari dalam sarung untuk kemudian mengocok-ngocok
dengan tangan mereka masing-masing sambil terus menatap tontonan gratis
tersebut.
“Mmmmhh..srut..srut..enak sekali kemaluanmu
sayanggghh..”,puji datuk disela-sela ritual jilatannya pada vagina gadis itu.
Lidahnya mulai merambah kearah muara kemaluan gadis itu yang berlabuh di umbai
itilnya nan merupakan bagian penting dalam tubuh wanita yang sangat berperan
untuk kesempurnaan hubungan intim, kelentit wanita muda itu dijilati turun
naik, kiri kanan dan kadang berputar, datuk benar-benar telah tahu titik kelemahan
dari keintiman si bunga desa ini. Lidahnya seakan bermain menarik dan mengulur
mendera siksa birahi keperawanan Hamidah yang mulai terjangkiti rasa gatal
dikemaluannya nan semakin hangat dan memanas ingin segera digaruk dinding
lorong bagian dalamnya itu, habislah sudah pertahanan gadis itu.
“Ohh..mmhhh.. nnggh..”,semakin jelas desahan si bunga desa
ini, Obulpun sudah sangat terangsang sekali akan tubuh telanjang Hamidah yang
tengah dicucupi vaginanya oleh datuk, tapi ia berusaha menahan walaupun merasa begitu
tersiksa sekali, pelir dalam sarungnyapun sudah menggeliat-geliat dalam kepitan
pada panggul gadis itu mendesak-desak pinggul Hamidah. Lendir vagina gadis
cantik itu semakin banyak keluar dari dalam liang keintiman yang masih perawan
ini dan baru kali ini terjamah oleh lidah lelaki, yakni si datuk yang beruntung
malam ini. Tanpa sadar Obulpun mengeluarkan lidahnya dan menjilati lubang anus Hamidah
yang sedari tadi tampak kembang kempis berkedutan, kini wajah kedua lelaki itu
memenuhi selangkangan gadis itu yang terbuka lebar seperti berebutan laksana
dua serigala lapar yang tengah berbagi ‘jatah’ daging korbannya nan sudah tak
berdaya ini.
“Maafkan aku datuk..aku tak tahan lagi..gadis ini terlalu
memikat hatiku datuk..mmhh.. ohh.. lubang pantatnya.. ss..sedap
sekalii..sihhh..”,sadar Obul dari kelancangannya mengambil giliran.
“Mmmhh..srut..tak apa Obul..tak apa..mmh..srut..sshh..”,datukpun
tampaknya sudah tak peduli lagi akan Obul, ia terus memusatkan pikirannya pada
birahinya sendiri menyeruput lubang surga gadis itu.
“Datuk..aku ingin menjilati kemaluannya juga..sshh”,pinta Obul
yang mengiba dalam birahinya, datukpun segera membangunkan tubuh Hamidah, tubuh
telanjang gadis belia itu kini dipaksa berlutut menduduki wajah Obul yang
terbaring menelentang dikasur, lubang selangkangan Hamidah tepat berada dalam
mulutnya, kini ia dapat menjilati vagina gadis yang masih perawan ini pula,
sementara datuk juga berlutut sambil memeluk tubuh gadis itu bagian atas,
menciumi bibir gadis itu, memasukkan lidah kedalamnya dan bermain-main disana
seraya tangan kanannya mengusap-usap serta mulai memilin-milin puting merah
muda payudara kiri milik gadis itu yang menggantung didadanya. Dari bawah
hidung Obul seakan tenggelam dalam rimbunan jembut terlarang gadis bunga desa
cantik ini dan tak henti-hentinya menjilati klentit Hamidah yang merekah dalam ketelanjangannyadengan rambut tergerai-gerai, mata gadis itu mulai sendu mendayu-dayu sayu
dalam linangan hasrat nikmat pemanasan di ritual malam pertamanya ini.
“Pelan Obul..pelannn.. hati-hati..nanti keperawanan gadis
ini hilang oleh lidahmu..sayang khan?”,pesan datuk kepada Obul yang berusaha menusuk-nusukan
lidahnya kedalam lubang vagina dara belia itu.
“Iyahh..datuk..maaf..hmmm..srut…habis vaginanya enak banget
nihh..jadi
lupa kalau dia masih perawan..ssshhh…mmmhh”,jawab Obul dari
bawah, segera dibukanya lubang surga Hamidah dengan jarinya, takut-takut kalau selaput
dara gadis belia cantik ini telah kebablasan termakan oleh lidahnya sendiri
saking tak kuasa menahan nafsunya.
“Tenang..datuk..masih ada koq nihh..”,sanggahnya diantara
mulutnya yang tertutup oleh kedua belah paha sang dara jelita.
Lelaki penguasa itu semakin ganas pula memanasi gadis belia
cantik itu, ciumannya turun sudah kebelahan dada Hamidah dan mulai mengemot
kedua belah payudara gadis itu bergantian kiri dan kanan sehingga membuat gadis
itu mulai merem melek, dari mulutnya keluar desahan yang mendesis seperti orang
yang sedang kepedasan.
“Ssshhh..ouhhh..ssshh..aahhh..jangan…ouh..shhh..sudahh..ahhh”,rengek
Hamidah yang membuat keempat lelaki itu semakin bernafsu saja, bahkan asep dan Tohari
tambah semangat mengurut-urut pelirnya masing-masing, tapi percumalah
tampaknya, biar bagaimanapun harus dituntaskan pula lewat persetubuhan daripada
hanya didapat dari kepuasan melihat saja. Untuk itulah asep dan Tohari segera
bergabung mengapit tubuh telanjang Hamidah dari kiri dan kanan, asep memaksa
tangan kanan gadis manis itu untuk menggenggam batang pelirnya yang mengacung
sejak tadi itu, dibimbingnya jari jemari si bunga desa ini bagaimana mengurut
serta mengocok-ngocok batang kejantanannya itu. Hamidahpun terkesiap saat
pertama kali memegang kepunyaan lelaki, tapi tak berlangsung lama, sebab dikirinya
sudah ada Tohari yang juga meminta tangan kirinya mengocok-ngocok batang
kemaluannya juga. Dalam sekejap kedua batang pelir sudah berada dalam genggaman
tangan dara muda belia ini, jari jemarinya yang lentik nan biasa digunakan
untuk memetik batang padi disawah kini telah berubah fungsinya mengambil alih untuk
melayani kedua centeng itu sambil tubuhnya tak henti-hentinya dicumbui oleh si
datuk dan si Obul. Penguasapun tak mau kalah, ia menundukkan kepala gadis
kembang desa ini dan menyorongkan pelirnya yang tampak paling besar diantara
mereka berempat.
“Ayo jilatin punyaku..Hamidah”,paksa si datuk yang walaupun
bertubuh gemuk tapi mempunyai kemaluan yang besar dan perkasa, gadis itu panik,
tak pernah ia melakukan hal itu, ada nada penolakan dari wajahnya, tapi tangan penguasa
telah ketat mencengkeram batok kepalanya.
“Ampun datuk..jangan deh..yaa?”,mohon gadis itu memelas.
“Harus! Ayo buka mulutmu! Cepat! Atau mau kekasihmu
mati?!”,ancam si penguasa
Dara itu ketakutan dan segera membuka bibir mulutnya yang
mungil nan langsung dihujamkan oleh pelir si datuk itu, dalam sekejap mata
ujung pelir yang berbentuk seperti kepala jamur itu dan separuh batangnya memenuhi
isi dalam mulut gadis belia ini.
“Ssshhh…aahhh..hangaaat..”,puji datuk lagi mendapatipelirnya yang separuh terbenam kedalam mulut mungil Hamidah.
“Mmmppphh..hofff…hmmpph..”,dara cantik itu telah menungging
posisinya kini dengan mulut penuh oleh pelir sidatuk dan kedua tangannya masih
tak lepas mengocok-ngocok pelir asep dan Tohari kiri dan kanan, tangan asep dan
Tohari kini meremas-remas kedua bukit payudara gadis si bunga desa ini yang
tergantung indah itu serta memilin-milin puting merah muda yang sudah basah
dikemot oleh ludah si datuk. Obul yang tadi rebahan dibawah bangun dari
posisinya dan duduk bersila dibelakang pantat gadis itu yang sedang menungging,
kini ia lebih jelas membuka kembali lubang vagina dan anusnya Hamidah untuk
dijilatinya kembali dan setiap kali ketiga lelaki itu memberi kenikmatan pada
tubuh gadis belia tersebut, Obullah yang harus menanggung resikonya kebanjiran
lelehan cairan nikmat surgawi dari vagina dara belia cantik itu dimulut dan
lidahnya.
“Iya..begitu..teruss..teruss ouwhh..”,datuk barkonang
mendesah dalam buaian mulut dara belia ini yang terus menjilati tonggak kejantanannya
yang mengkilap-kilap basah oleh air liur Hamidah nan terus menjalari hangat diseputar
penisnya. Kepala gadis itu masih dalam genggamannya dan dengan gerakan-gerakan
dari tangannya membuat wajah gadis itu mengulas batang pelirnya sekaligus memberi
arahan agar dara belia itu belajar bagaimana caranya melayani lelaki dalam
permainan asmara penuh paksa ini, bagaikan terseret-seret kepala Hamidah kesana
kemari mengitari penis si datuk yang berwarna sawo matang ini. Apa yang
dirasakan dara belia cantik ini adalah rasa mual karena sama sekali belum terbiasa
menjilati dan mengulum kemaluan lelaki, baginya penis si datuk begitu
menjijikan dimulut mungilnya, apalagi aroma baunya sangat kentara dihidungnya
yang bangir, tetapi si lebai mayang ini tak mempunyai pilihan lagi ketimbang tunangannya
harus meregang nyawa ditangan mereka. Wajah cantiknya seakan terpendam dalam
rimba belantara jembut penis lelaki itu dan dagunya bertopang pada kedua biji
pelir datuk yang tergantung penuh keperkasaan ini dengan hampir semua batang
kejantanan masuk kecelah bibirnya nan mungil menembusi kerongkongannya sudah, semua
ini rela dilakukannya demi keselamatan Ikhwan, kekasih sekaligus tunangannya.
Puas memerawani mulut dara belia ini membuat datuk sudah
sampai pada saatnya untuk segera melaksanakan haknya sebagai seorang lelaki
terhadap perempuan ini, anak buah datuk ini sebenarnya sangat banyak, namun
kini ia memerintahkan ketiga anak buahnya yang sangat beruntung sekali dapat menjadi
orang kepercayaannya malam ini untuk menyiapkan ke arah tahap keintiman yang
lebih dalam lagi.
Kini tubuh telanjang gadis muda belia nan cantik itu
ditelentangkan dengan kedua tangan dan kakinya dipegangi oleh asep dan Tohari,
jadi asep kebagian memegangi tangan dan kaki kanan korbannya, sedangkan Tohari memegangi
pula tangan dan kaki kiri Hamidah. Dengan perintah langsung dari datuk, kedua
belah kaki gadis ini diangkat dan dipentangkan melebar, asep mencengkeram
pergelangan kaki gadis malang ini dengan tangan kanannya,sementara tangan
kirinya ia tekankan kepergelangan tangan kanan si kembang desa yang sudah tak
berdaya ini dan telah pasrah menuruti kehendak semuanya. Tak tahan dengan
kemulusan kaki si dara cantik, asep mendekatkan telapak kaki korbannya
kemulutnya sehingga kaki dan paha gadis itu semakin tinggi dan terkuak
mengangkang, serta merta jari-jari kaki Hamidah di ciumi dan dijilati, bahkan
jemari kakinya di hisap-hisap dengan mulutnya, rupanya asep ini adalah seorang
lelaki yang suka sekali akan kaki perempuan dan ia takkan segan untuk menikmati
hasratnya itu kepada kaki korbannya ini yang telah tersedia baginya.
Telapak kaki Hamidah seketika menggeliat meronta, tetapi
cengkeraman asep begitu kuatnya membuat gadis ini kembali jatuh dalam
ketidakberdayaannya sebagai seorang wanita lemah yang dipaksa untuk melayani
lelaki-lelaki penguasa itu. Tohari yang melihat ulah temannya itu menjadi
kepingin pula menciumi kaki gadis desa ini, maka kaki kiri Hamidah menjadi
ajang pelampiasan hasrat kebinatangannya. Dibauinya aroma sembab yang masih melekat
dikaki dara belia itu yang tadinya sehabis mengenakan selop, masih kentara
sekali bau kaki indah si bunga desa ini dan ia berbuat hal yang sama pula
mengikuti perlakuan si asep pada jari jemari indah nan menawan di kaki Hamidah.
Obul disuruh mengambil posisi diatas kepala Hamidah yang terbaring, ia sejak
tadi memang belum kebagian penisnya untuk dilayani gadis yang sejak lama
diidam-idamkannya itu, maka mendapati wajah manis gadis belia cantik nan
terkulai dengan rambut terurai di sprei putih itu, ia tak kuasa lagi terbakar
oleh nafsunya yang menyala-nyala. Penisnya sedikit berbeda tipis besar dan
panjangnya dengan datuk, meskipun tubuhnya agak kontet, ia berlutut sambil
duduk setelah menelanjangkan diri menyusul yang lainnya nan sudah terlebih
dahulu melepaskan busana masing-masing. Keempat lelaki dan seorang perempuan ini
sudah polos dalam keadaan tak sehelai benang lagi menutupi tubuhnya
masing-masing, rata-rata semua bentuk bugil lelakinya begitu kekar mengapit si
dara muda ini.
“Hamidahh..ohh..isap penis kanda sekarang juga!”,perintah Obul
begitu jelas dan tegas ditelinga gadis yang tercantik didesanya tersebut. Hamidah
tengadah dan melihat sorongan kepala kejantanan Obul, perlahan ia membuka
mulutnya pasrah dengan hati berat dan sangat terpaksa menerima penis lelaki si
buruk rupa itu.
“Mmmhhh..”,demikianlah erang gadis itu.
“Keluarkan lidahmu sayang…ahhh..aku telah lama menanti saat
ini..”,pinta Obul diantara nafsu yang mengelegak didasar sanubarinya, lidah
mungil merah muda Hamidahpun terjulur mengulas kepala jamur lelaki kontet
tersebut dan mengenai tepat dilubang kencingnya Obul.
“Uuhhhh…ahhhh..uuaaahhh”,geram si kontet ini saat mulut
gadis itu mulai menelan tonggak kemaluannya, kedua tangan Obul segera
membejek-bejek kedua buah dada Hamidah yang seukuran mangkuk telapak tangannya
nan kekar ini, merasai kenyalnya daging montok payudara dara belia yang
dicintainya ini. Puting susu merah muda gadis itu yang mulai tegak mengacung di
pelintir-pelintir oleh ibu jari dan telunjuk Obul membuat bunga desa ini menggeliat
dalam syahwatnya.
“Ommmpphh..hophh..ssshhpp..”,bagai kepedasan mulut gadis itu
melenguh mengulum batang pelir Obul diantara semua sensasi ditubuhnya yang dipanaskanoleh tiga lelaki sekaligus.
Lalu apa yang sedang dilakukan penguasa terhadap dirinya? Ia
kini berlutut tepat dihadapan kedua belah kaki gadis itu yang terkangkang
akibat dipegangi oleh asep dan Tohari, dibukanya kembali bibir belahan surga
itu serta matanya memandangi lubang kemaluan Hamidah yang sedikit merekah dan melihat
selaput dara dara belia cantik itu masih bertengger disana, bentuk selaput
keperawanan bunga desa ini seperti anak tekak dikerongkongan mulut dengan
amandel yang mengitari jalan masuk kedalam vaginanya. Datuk barkonang
mengocok-ngocok penisnya dihadapan kedua belah kaki perempuan cantik itu yang
terbuka siap untuk dibuahi segera oleh lelaki.
“Pegang kuat-kuat ya..!”,wanti datuk kepada ketiga orang
kepercayaannya ini, tubuh gemuknya ia lekatkan diantara selangkangan korbannya
yang dipaksa mengangkang itu, kepala penisnya datuk diarahkan tepat ditengah-tengah
lubang kemaluan gadis bunga desa ini yang sudah basah lagi oleh cairan
kewanitaannya. Hamidah seperti tersadar akan dirinya, ia berusaha meronta
menggeliatkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan tak ingin datuk itu menjadi yang
pertama menyetubuhi dirinya, sebab ia tadi sudah sempat ngeri akan ukuran
kejantanan dari sang penguasa membuat ia tak dapat membayangkan apa jadinya
nanti bila liang surganya harus Ikhwanuki tonggak daging seperti itu.
“Tolong datuk pelan-pelan memerawaninya ya?”,pinta asep yang
semakin erat mencengkeram kaki dan tangan gadis belia nan malang itu.
“Iya datuk..gadis ini
masih perawan..tentunya akan sakit sekali lohh..”,sambung Tohari juga seraya
mengencangkan tenaganya memegangi tangan dan kaki si bunga desa yang cantik
mempesona ini.
“Kalian tak usah
mengguruiku! Aku juga tau apa yang harus kulakukan!”,sergah datuk agak sedikit
naik pitam seolah anak buahnya lebih pintar saja darinya dalam urusan jepit
menjepit paha perempuan.
“Ampunn datuk..”,jawab keduanya berbarengan.
“Mmmmphh…oammphhh..ammmpphh!”,erang
Hamidah dalam sumpalan pelir Obul, ia merasakan sekali kepala penis datuk sudah
lekat dipintu masuk lubang sanggamanya dan siap untuk segera memulai ritual
persetubuhan kepada dirinya.
“Uhh..benar-benar sempit banget vagina gadis ini..”,keluh
penguasa ketika mulai menekan kepala jamur kemaluannya kedalam belahan daging
berbulu basah milik si bunga desa nan cantik ini. Hamidah mengerang-ngerang kesakitan,IDNPOKER Terpercaya
tubuhnya yang polos itu bergetar-getar meliuk-liuk melawan maksud si datuk yang
berkeinginan menyebadaninya. Tapi cengkeraman ketiga lelaki anak buahnya
teramat kuat diantara deru nafasnya yang tersengal-sengal menenggak penis Obul
nan belum terlepas, tampaknya itu adalah siasat lelaki itu untuk meredam
mulutnya saat pertama kali diperawani. Obul tak tega melihat kejadian itu, tapi
kekuasaan datuk tak dapat ditawar lagi, iapun berusaha menenangkan si gadis
muda yang tengah diperkosa ini.
“Sabar ya Hamidah sayang..jangan dilawan..memang sakit untuk
yang pertama kali..tapi lama kelamaan enak koq.. percayalah pada kandamu ini.. yang..”,begituhiburnya sambil tak henti-hentinya kedua tangannya memijiti kedua belah
payudara gadisnya ini dan berharap supaya dara belia itu dapat semakin
terangsang mengeluarkan cairan pelumas di lubang vaginanya, namun sungguh
ajaib, kata-kata itu akhirnya merasuk dalam hati Hamidah yang tengah melawan
rasa sakit nan sedang melanda dirinya. Bunga desa itu seakan bisa membaca
ketulusan hati Obul kepadanya dari perlakuan ini disaat ia tengah menghadapi
penderitaan, lelaki buruk rupa ini memberikan perhatian yang lebih dibanding
ketiga lelaki lainnya yang seakan tak peduli akan jeritan kesakitannya. Sementara
itu berkali-kali pelir datuk belum juga berhasil terhujam kedalam belahan
daging bilik sempit kepunyaan siperawan desa ini, setiap kali ia menekan
panggulnya ke selangkangan gadis itu, pelirnya selalu meleset-leset kesamping
kiri kanan belahan bibir vagina Hamidah atau keatas menghujam umbai itilnya nan
berbulu basah dan kebawah menyodok lubang duburnya, selalu begitu, padahal
keringat ditubuhnya sudah semakin banyak membasahi tubuh tambunnya yang sedikit
botak itu dan setiap kegagalan si datuk untuk menembusi lubang vaginanya itu
membuahkan kesakitan yang amat hebat pada diri korbannya yang terkapar tanpa
daya apa-apa lagi itu.
Perlahan karena tak tega menyaksikan penderitaan bunga desa
itu lebih lanjut, Obul akhirnya mengeluarkan penisnya dari mulut Hamidah, demi melihat
penderitaan gadis tersebut yang seakan tak berkesudahan ini, dengan jemarinya
ia menjulurkan tangannya kearah selangkangan Hamidah dan membantu menguakkan
bibir belahan kemaluan berbulu gadis impiannya ini yang terkangkang menghadap
ketubuh si datuk, sementara asep dan Tohari malah melelet-leletkan lidahnya
seperti orang yang kehausan menyaksikan bagaimana peristiwa saat seorang gadis
yang untuk pertama kalinya diperawani oleh seorang lelaki. Mereka tampak senang
dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri kejadian malam pertama Hamidah si
bunga desa yang tak kuasa melawan takdirnya nan semakin jelas akan terus
dipaksa menyerahkan kesuciannya dalam tangan penguasa.
“Silahkan datuk..saya sudah memeganginya..kesuciannya hanya
untuk datuk..”,lirih Obul menunduk dengan jari-jarinya semakin kuat melebarkan belahan
daging lubang surga si gadis desa yang merekah bak bunga yang siap dipetik
dalam usia mudanya ini. Selaput daranya semakin membuka memerah basah oleh
lendir vaginanya yang terus menggenangi belahan bibir keintimannya itu yang
terhidang seluruhnya dihadapan penguasa lalim itu.
“Aahh! Ampun datuk! pelan-pelan..sakit! Aduuhh perih
ahh!..ampun.. jangan keras-keras..ouhhh mmmnnngghh mmmpph..!”,hanya itu
permohonan Hamidah kepada datuk yang terus berhasrat tinggi sekali
menggagahinya.
“Terus..datuk..ayo! Tembusi saja vaginanya..buat ia tahu
akan keperkasaanmu!”,asep memanas-manasi suasana tersebut dengan menyemangati datuk.
“Iya datuk..masa kalah sih sama perempuan?..ia bukanlah
apa-apa dibanding datuk..datuk memang perkasa..hidup datuk! Panjang umur datuk!
Ayo gagahi segera..! Ia teramat cantik untuk dilewatkan begitu saja malam ini..”,Tohari
juga ikutan memuji-muji datuk. Semakin beringaslah datuk mendengar semangat
yang dilontarkan kepada dirinya, hingga ia mengunci kedua belah paha Hamidah
dengan kedua tangannya yang kekar lalu tonggak kejantanannya ia hujamkan secara
keras dan kasar kedalam belahan daging legit merah gadis desa itu yang lezat
tiada tara.
Blesss…!!
Kali ini tiada ampun lagi, lobang kemaluan dara belia nan sangat
cantik sempurna tiada tara ini akhirnya berhasil menjepit ujung daging tonggak pelir
kejantanan lelaki itu diiringi jeritan kesakitan gadis si bunga desa yang
malang itu.
“Arrggghh..!! Awwh!! Sakit datuk! Perih sekali..aduuhh!
aduuuhh! Ampun..ampun!”,teriak Hamidah. Pinggul dara itu menggelepar-gelepar seketika
tak kuasa menahan sakit, lubang kegadisannya seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan
jarum dan pintu masuknya semakin terbuka menganga melahap kepala penis milik
datuk yang usaha kerasnya membuahkan hasil menembusi vagina gadis belia itu
dengan ujung penisnya. Barkonangpun mengeluarkan suara lenguhan panjang tatkala
merasakan denyutan dan aliran kehangatan yang terpancar dari jepitan bibir
liang sanggama dara itu membelai lembut kepala jamurnya nan sudah haus akan
tubuh perempuan ini, sementara anak buahnya tetap memegangi tangan dan kaki Hamidahyang telah menjadi tawanan datuk malam itu.
“Nnnhhh…nnnnhhh…”,lenguh datuk penguasa merasakan setiap
sensasi jepitan daging kemaluan tunangan pemberontak ini, benar-benar nikmat sekali
vagina si bunga desa yang cantik semata wayang ini. Demi mengetahui penis datuk
sudah terjepit oleh keintiman Hamidah, Obul segera melepaskan tangannya yang
tadi turut membantu membuka bibir kemaluan gadis yang dicintainya itu dan
langsung mundur teratur ke tepi ranjang. Datuk yang paling ditakuti di daerah
itu tak berlama-lama lagi melepaskan kesempatan itu, dengan mengumpulkan tenaga
perkasanya di usia senjanya itu ia sangat yakin sekali dapat mencicipi
keperawanan si bunga desa ini, pinggangnya yang sudah terkepit oleh paha
tawanan birahinya ini ia tekan lebih dalam lagi sehingga batang pelirnya semakin
terpuruk kedalam lubang surganya para lelaki ini.
“Aduhhh! Sakittt…! Perih…!! Datuk, ampun datuk!
Ampunnn!”,jerit gadis itu tak digubris sama sekali oleh datuk, ia bahkan
merasakan inci demi inci urat-urat batang penisnya menembusi kemaluan kembang
desa yang tengah mekar-mekarnya diusianya yang telah matang dan layak untuk
digauli ini. Dirasakannya dinding kemaluan Hamidah begitu hangat nan lembut mengurut-urut
dan membelai panas kejantanannya yang menembusi keperawanannya, juga gadis ini
memang belum pernah disetubuhi oleh lelaki dan benar-benar masih perawan murni!
Semua menyaksikan penyatuan paksa kedua tubuh yang berusia terpaut jauh itu dengan
nafsu menggelegak di ubun kepala masing-masing yang mana lelaki berusia lima
puluh tahun tengah menyetubuhi seorang dara yang berusia delapan belas tahun
dan mempertontonkan adegan yang tak pantas dilihat oleh orang lain ini.
“Uhh..uhh..benar-benar masih sempit dan peret ..juga legit
pula..”,puji datuk disela-sela kenikmatan syahwatnya yang posisinya sudah
diatas angin itu, yang lain hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya ketika
kemaluan mereka bertaut juga dengan kelamin si bunga desa ini. Perlahan-lahan
namun pasti seluruh lorong dinding kemaluan gadis itu mulai penuh sesak terisi oleh
urat-urat batang penis milik datuk penguasa yang tak dapat ditolak ini.
Obulpun tak tega melihatnya, ia sudah yakin tak akan pernah
lagi menjadi orang yang pertama bagi gadis yang dicintainya ini, paling-paling
ia hanya bisa menunggu gilirannya untuk mencicipi keintiman Hamidah setelah
datuk dan itupun sudah tanpa keperawanannya lagi! Membayangkan semua itu
membuat Obul geram juga dengan penguasa, tetapi ia tak mau kehilangan
jabatannya menjadi orang kepercayaan datuk yang selalu bergelimang harta dan
kekayaan untuk memuasi hidupnya. Diam-diam ia juga merasa masih menang dengan Ikhwan,
kekasih gadis itu, sebab ia akan menyetubuhi Hamidah sebelum tunangan gadis itu
mendapatkannya, hehehe..si datuk menyeringai penuh kemenangan, dirasanya
seluruh batang penisnya telah amblas tertelan oleh belahan lubang intim Hamidah,
kini tampak hanya buah pelirnya saja yang menggantung perkasa mentok
diselangkangan gadis belia cantik ini, sementara tonggak kejantanannya sudah
bersemayam didalam tubuh telanjang si lebai mayang. Perlahan ia menarik penisnya
separuh keluar, lalu ia benamkan lagi kedalam, ditarik lagi dan ditusuk lagi,
semakin berulang dan semakin cepat pinggulnya ia kayuh ke dasar biduk-biduk
celah keintiman gadis itu yang sudah terkoyak ini.
Kini dari dalam belahan lubang kemaluan gadis desa yang
menjadi tawanan birahi paksa ini mulai mengalir lelehan darah segar
kesuciannya, tentu saja keperawanannya telah terenggut seiring dengan robeknya
selaput dara nan selama ini telah dijaga serta dirawatnya dengan sangat
hati-hati sekali untuk dipersembahkan kepada Ikhwan, sang kekasih tercintanya,
namun kini terpaksa harus ia relakan bagi penebusan keselamatan tunangannya
itu. Asep dan Tohari melepaskan pegangan mereka terhadap tubuh gadis itu meninggalkan
datuk yang telah mengunci paha si kembang desa ini dengan kedua ketiaknya
sementara tubuh gemuknya sudah sepenuhnya menindih tubuh korbannya ini, dan
selangkangan di kedua tubuh insan manusia yang berlainan jenis kelamin itu
sudah menyatu dalam gelut permainan asmara paksa penuh nista berduru wiksa ini.
Lelaki mana yang tahan terlalu lama untuk menyaksikan seorang gadis muda yang
masih belia yang terbaring telanjang ini tengah disetubuhi dengan kedua belah
kaki putihnya terbuka kedua-duanya, sementara di lubang surganya menancap pelir
besar datuk penguasa pemetik bunga ini. Demikian pula halnya dengan asep dan Tohari,
mereka kembali mengocok-ngocokkan pelir mereka masing-masing seraya menatap vaginaHamidah yang terus dijejali batang penis sang penguasa bejat itu.
“Aaahhh aku tak tahan lagi…!”,teriak asep disela-sela
puncaknya, pelirnya yang ia kocok-kocokan sendiri telah memuntahkan air peju
akibat dari tak kuasa menahan nafsunya manakala melihat tubuh dara belia cantik
itu terhempas-hempas disebadani oleh tuannya dengan kedua payudaranya yang terlentang
itu bergoyang-goyang memutar di dadanya yang montok menggemaskan itu.
“Oooohhhhhh…aku juga sep!”,pekik Tohari bersamaan, dan
memang itulah yang hanya boleh mereka lakukan setelah harus puas tadi sempat
dikocok oleh jari-jari Hamidah yang lentik halus tersebut. Cairan mani keduanya
tertumpah ke lantai kamar itu, setelah itu keduanya menuju ke kamar sebelah
untuk berjaga, terutama mengawasi Ikhwan, tunangan gadis desa itu yang masih
terbaring tak sadarkan diri.
Tinggal Obul yang masih setia ditepian ranjang menatapi si
gadis pujaan yang selalu menjadi impiannya siang dan malam terhentak-hentak
tanpa daya menggenapi takdirnya harus diperkosa oleh datuk penguasa durjana
ini. Dilihatnya nafas keduanya memburu dalam senandung nada-nada birahi yang terus
terlontar menebar pesona nafsu syahwat yang berkepanjangan bagi siapa saja yang
melihatnya. Erangan dan rintihan Hamidah menjadi santapan penyemangat di
telinga sang datuk untuk selalu mengemposkan pantatnya lagi, lagi.. dan lagi ke
bagian intim yang paling pribadi tawanannya ini. Gadis belia muda yang cantik
ini menceracau tak jelas, samar-samar dari desahan bibirnya terucap nama kekasihnya,
hal ini sama sekali tak diketahui oleh datuk yang tengah dikuasai hasrat
badaniahnya, namun Obul mendengarnya. Detik demi detikpun
berlalu, menit demi menit juga demikian, bagi Obul itu adalah siksaan batin
melihat tuannya yang semakin beringas dan ganas menyetubuhi Hamidah. Penguasa
mencabut pelirnya, kemudian membalikkan tubuh telanjang yang telah berpeluh itu
dengan tangannya memaksa kembang desa ini menungging, bongkahan pantatnya yang
membulat padat berbentuk hati itu kini terjungkit keatas terhidang untuknya, Hamidah
hanya menurut demi tertebusnya nyawa Ikhwan walaupun entah untuk berapa lama
harus ia layani si datuk dan mengakhiri semua kejadian pahit ini.
“Obul! Bukankah kau menginginkan gadis ini lebih dari aku?
Seperti yang pernah kau mohonkan padaku? Kenapa kini kau hanya diam
saja?”,tanya datuk melihat Obul yang hanya termangu disudut ranjang beralas
putih ini yang sudah berceceran keringat yang bercampur dengan lendir dan
bercak darah keperawanan Hamidah.
“Ampun datuk..hamba menunggu datuk selesai..”,Obul kaget
dengan pertanyaan yang dilontarkan tuannya itu.
“Hahaha..Obul..dari tadi juga aku sudah selesai, kesucian
gadismu ini sudah kurenggut sejak tadi, aku hanya menginginkan itu, tak
lebih..kini kau boleh menikmatinya sekarang..”,datuk malah tertawa dibuatnya.
“Maksud datuk?”,tanya Obul tak mengerti.
“Hahaha..Obul..Obul.. aku tak akan membuatnya
hamil..bukankah engkau yang menginginkan anak dari rahimnya Obul? Ia kuserahkan
padamu kini.. Hamidah menjadi milikmu sekarang.. terimalah..”,jawab datuk
seraya beringsut dari posisinya memberi jalan kepada Obul, Hamidah yang menungging
ini menjadi bergidik mendengar pembicaraan tersebut.
“Sudah gilakah engkau Obul? Engkau dahulu sudah kutolak, aku
sudi melayanimu hanya karena memandang datuk! Tak kusangka hatimu sebuas binatang!”,makiHamidah sambil tubuhnya berusaha bangkit, namun datuk langsung mencengkram
tubuh telanjang dara belia ini kembali dengan sepenuh tenaga.
“Diam kau! Perempuan murahan! Kau rela diperkosa hanya untuk
menyelamatkan kekasih dan tunanganmu yang lemah itu! Sekarang apa?! Ia hanya
bisa terbaring tak berkutik tanpa dapat menolongmu! Hahaha…”,balas Obul yang
menjadi geram karena kecemburuannya terhadap Ikhwan, Hamidah hanya setia pada
kekasihnya ketimbang dirinya.
“Ampun datuk! Lepaskan aku dari tangan sijelek ini, aku tak
sudi! Tak sudi! Ia keparat yang pencemburu.. ia tak menyukai pertunangan
kami..ampun datuk..haph!”,belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya, datuk
segera menjejali mulut mungilnya dengan batang pelirnya.
“Aku belum selesai! Hisap punyaku ini, cepat!”,perintah
datuk sambil menyodok-nyodokkan selangkangannya ke wajah manis si kembang desa
yang telah ternoda ini. Erangan dara cantik itupun larut dalam redaman pelir kejantanan
penguasa yang melesak dikerongkongannya. Obulpun sudah panas kupingnya
mendengar makian Hamidah barusan, harga dirinya sudah semakin terinjak-injak,
rasa cinta dan kasihannya kini berbalik menjadi kebencian yang amat sangat dan
ingin memberi gadis ini pelajaran atas hinaannya itu. Lelaki kontet yang buruk
rupa itu menempatkan tubuh bugilnya dibelakang pantat gadis desa cantik
tersebut nan masih menungging menyedot-nyedot pelir datuk penguasa tersebut dan
tak sadar akan bahaya tersebut, walau melalui lirikan matanya yang sembab basah
oleh isak tangis ia melihat Obul sudah tak ada lagi ditempatnya lagi.
Diambilnya seutas tali, lalu ia mengikat tangan Hamidah kebelakang punggungnya
dengan dibantu dipegangi oleh sang datuk, semakin tak berdayalah si bunga desa
ini dibuatnya.
“Memang betul aku iri dengan Ikhwan, karena ia berhasil
menaklukkan hatimu, sedangkan aku? Sudah dua kali ini engkau menyia-nyiakan
cintaku yang sedemikian tulus dan suci ini, kenapa kau tidak mau menerima aku
sebagai kekasihmu? Aku memang berwajah buruk, tetapi aku tak sudi dihina olehmu!
Biarlah aku hanya akan mendapatkan tubuhmu..aku akan menyetubuhimu sampai pagi
nanti! Agar engkau akan selalu mengenangku..aku akan membuahi rahimmu, Hamidah!
Semua ini telah kurencanakan dengan matang, malam ini memang saatnya takdirmu
untuk menjadi milikku seutuhnya secara badaniah telah tiba, dengarkah engkau?
Hahaha..”,tawa Obul kini membuat Hamidah menjadi bergidik, kepalanya terpuruk
menahan berat badannya dengan kedua tangan terikat tak berdaya kebelakang,
pelir datuk masih menghujam di bibir mungilnya, gadis itu hanya bisa melenguh
dan mendesah meratapi nasibnya yang malang, air matanya mengalir lagi dikedua
pipinya.
“Arrgghh! Aku keluar..!!”,datukpun menyemprotkan air maninya
didalam rongga mulut gadis desa cantik itu dan langsung tertelan oleh Hamidah, terasa
asin dan mual ketika cairan peju sang datuk harus melewati kerongkongannya.
Sebagian ceceran sperma datuk meleleh membasahi sisi belahan bibir indahnya
yang sensual itu, dan datuk segera membungkam mulut gadis itu dengan kain
gombal kering dengan sangat ketat, setelah itu ia berpaling kepada Obul.
“Selamat bersenang-senang Obul..hahaha aku benar-benar puas
kau beri aku keperawanan gadis cantik ini..”,datukpun keluar kamar sambil
tertawa-tawa riang meninggalkan Obul dan Hamidah.
“Terima kasih datuk..”,Obulpun tak menyia-nyiakan kesempatan
lagi, hari telah melewati larut malam, ia lalu menyiapkan batang pelirnya
sendiri kearah lubang keintiman gadis cantik itu yang tertungging tak bergerak dengan
kepalanya terpuruk dikasur menahan beban tubuh telanjangnya yang aduhai dimata Obul.Dengan kedua ibu jarinya ia membuka bibir vagina Hamidah, dilihatnya lobang
gadis cantik itu sudah menganga akibat termakan oleh penis tuannya tersebut,
selaput dara berbentuk anak tekak itu sudah tiada lagi disana, terkoyak habis
sudah tercabik-cabik oleh penguasa durjana pemetik si bunga desa. Kemaluan gadis
itu masih tampak berceceran darah dan lendir sisa-sisa persetubuhannya dengan
datuk akibat diperkosa tadi, namun hal itu semakin membuat pandangan Obul
semakin nanar oleh niat jahatnya untuk menodai Hamidah.
“Sekarang giliranku Hamidah! Tak peduli kau akan melayani
dan memuaskanku atau tidak, aku akan menggaulimu terus sampai pagi hari
menjelang nanti, karena aku tahu malam ini adalah masa kesuburanmu, kau harus
memberikanku anak, aku mau seorang anak dari rahimmu sebagai hasil dari
persetubuhan malam ini agar engkau akan selalu mengenangku dalam kehidupanmu..hahaha!”,kata-kata
Obul laksana sebuah bencana maha dahsyat
yang akan selalu menghantui gadis bunga desa ini, pelir yang sudah mengacung
tegak dan tampak mengangguk-angguk itu dibenamkan ke dalam celah liang
peranakan Hamidah.
“Bless!!”
Seluruh batang penis Obul langsung amblas masuk ke liang
sanggama gadis itu sudah, dan tanpa tedeng aling-aling lelaki kontet itu
membuat penisnya keluar masuk di sela-sela kemaluan Hamidah sambil merengkuh
kedua payudara gadis itu yang menggantung padat dan ketat dari belakang dengan
tubuh membungkuk bagai udang, Obul mulai menggagahi si bunga desa.
“Ngghhh…nggghhh!”,rintih Hamidah tak jelas karena mulutnya
telah terbungkam gombal.
“Ohh.. betul kata datuk.. punyamu begitu lezat, manisku..
kau tak hanya cantik luar biasa.. namun lobang vaginamu juga legit dan peret, sayang”,Obul
terengah-engah memacu pelirnya keluar masuk liang peranakan Hamidah yang
monyong dan kempot tercolok-colok oleh kejantannya, sementara pinggul bunga
desa itu terpuruk-puruk disodok lelaki kontet buruk rupa itu.
Tak terbayangkan bagaimana kesedihan dan kepiluan yang harus
ditanggung oleh dara belia cantik si bunga desa ini, malam itu akan menjadi
malam panjang bagi penderitaanya yang tak terperikan, tak ada lagi yang dapat
diharapkan dalam hidupnya lagi, jika esok hari Ikhwan dibebaskan karena
penyerahan dirinya, apakah lelaki itu akan mau menerima dirinya yang sudah
ternoda ini, mengingat hal tersebut Hamidah hanya dapat memejamkan matanya yang
sendu sembab dalam linangan air mata. Penis Obul yang keluar masuk ditubuhnya
itu seakan mengaduk-aduk isi liang peranakannya lebih sakit daripada saat kemaluannya
diperawani oleh datuk, sebab ia tahu lelaki kontet ini menggaulinya dengan
maksud yang buruk melebihi harus kehilangan kesuciannya. Tangan Obul
meremas-remas payudaranya begitu ganas dan menyakitkan, tampaknya lelaki jelek
itu tak pernah bercinta sebelumnya, jadi tidak tahu cara untuk menyetubuhi perempuan
secara halus dan penuh perasaan, lagian wanita mana yang mau dengan wajah
buruknya?
“Hmm.. saatnya lobang pantatmu juga akan kucoba, manis.. aku
memang bukanlah lelaki pertama bagimu.. tetapi aku akan menjadi pertama yang
akan memerawani lobang pantatmu..sayangg..”, Obulpun mencabut pelirnya dari lubang
surga Hamidah dan beralih membuka celah lubang diatasnya yang lebih sempit,
kecil dan mungil itu. Si buruk rupa ini segera meludahi celah lobang anus milik
gadis belia cantik ini, menjilati dan menguakkan liang dubur itu sedemikian
lebarnya membuat dara belia ini semakin menjerit kesakitan dan belum lagi penisnya
dibenamkan ke bongkahan pantat tersebut, Hamidah sudah tak sadarkan diri. Tanpa
jijik lidahnya menyeruak kedalam isi belahan anus gadis cantik ini, bahkan rasa
manis yang diterimanya ketika celah pantat dara belia itu menempel dilidahnya
dan memang dubur gadis muda begitu enak untuk dijilati, selain masih ketat dan kencang
juga aromanya begitu khas kepekatannya.
“Baguslah..jadi aku bisa mengoyak anusnya tanpa
perlawanan..lagian berisik banget sih ini perempuan..”,gumam Obul membatin.
Ujung kepala batang penisnya diselusupkan kelubang anus itu
berkali-kali, masih terpeleset-peleset, ia ludahi kembali bibir lobang pantat
itu, dicobanya kembali menembusi dubur mungil nan merah menyala milik bunga desa
cantik tiada tara ini, masih gagal juga! Ia melumuri batang penisnya
dengan air ludahnya cukup banyak, kemudian dicobanya lagi, terus.. dan berulang-ulang
sampai kepala jamurnya berhasil terjepit di bibir kulit anus gadis tersebut.
“Ohhh….”,desah Obul yang merasakan begitu ketat dan peretnya
lobang pantat gadisnya ini, ditekannya kuat-kuat batang pelirnya hingga
sudahsepertiganya terbenam, lagi didorongnya lebih kuat lagi lebih dalam, semakin
dalam dinding anus gadis itu semakin lunak dan panas dirasa kejantanannya
menyeruak isinya sampai akhirnya amblas semua ke dubur gadis desa ini. Setiap
kali Obul menarik atau menusuk pantat Hamidah, belahan liang anus itu selalu
menjadi kembang kempis seukuran pelir yang bergerak-gerak menyodomi dirinya,
bahkan lelaki kontet yang buruk rupa itu semakin menambah irama sentakannya
kearah bokong bulat padat kepunyaan tawanannya tersebut. Masih tak puas juga setelah
penisnya sudah berhasil keluar masuk dengan tak terlalu seret lagi karena
lendir anus gadis itu sudah membasahi dinding pantatnya yang terbuka, lelaki
itu memperkosa anus dan vagina Hamidah bergantian, kadang lubang kemaluannya
yang dientot beberapa kayuhan setelah itu ke lobang pantatnya lagi, demikian
juga sebaliknya.
Lama kelamaan tubuh yang tertungging pingsan tersebut tak
kuat lagi dipermainkan Obul, tubuh Hamidahpun jatuh kesamping kanan dalam
posisi miring di ranjang. Dengan tangan kanannya diangkatnya kaki kiri dara
belia ini melalui genggaman erat pada pergelangannya, lalu selangkangannya kembali
dientot bergiliran antara lobang peranakan dan dubur gadis cantik itu. Tak
hanya itu saja, tangan kiri Obul menjulur mempermainkan kedua payudara Hamidah
dari samping seraya menjilati telapak kaki putih korbannya itu yang tak sadar
lagi apa yang diperbuat lelaki kontet seterusnya. Kaki indah yang putih bersih
itu telah menjadi miliknya kini, dalam genggaman tangannya kaki itu telah
lunglai dan tak berdaya sama sekali dan sudah menyerah secara total kepadanya,
sudah penuh air ludah Obul disekujur telapaknya.Menit demi menit berlalu meninggalkan decak-decak suara yang
ditimbulkan dari pergesekan kelamin keduanya nan tengah menyatu itu, sudah
tinggal Obul dan gadis itu dikamarnya, datukpun sudah tak kelihatan lagi batang
hidungnya entah kemana, sementara asep dan Tohari dikamar sebelah mulai menyeret
tawanan mereka yang lain, kekasih gadis itu menuju kearah kamar tempat Hamidah
tengah dinodai si buruk rupa. Ikhwan ternyata sudah siuman, namun mulutnya
dibungkam rapat-rapat oleh kain gombal yang berlapis dengan ikatan kain
mengelilingi lehernya dan ia dalam cengkeraman kedua centeng penguasa itu
dipaksa melihat tunangannya tengah diperkosa Obul. Sia-sia saja Ikhwan meronta,
karena ikatan itu teramat kuat di tubuhnya, ia hanya menggeram marah tanpa
berkutik menyaksikan tubuh lelaki kontet jelek itu nan leluasa menggagahi
gadisnya ini, sementara Obul kini tertawa dengan penuh kemenangan.
“Hahaha.. lihatlah gadismu ini sungguh perempuan murahan,
meskipun ia menjadi bunga desa diseluruh kampung, tetapi ia bersedia menjual
dirinya demi membebaskanmu hai pemberontak! Dan lihatlah kini, akulah yang
berhak atas dirinya..dan bukan kamu Ikhwan! Saksikanlah tatkala benihku akan bersarang
di dalam rahimnya..hahaha”,demikian kata-kata pedas yang terlontar dari mulut Obul
kepada saingannya itu, kepada lelaki yang telah mencuri hati Hamidah dan
menolak cinta kasihnya yang dahulu masih tulus. Pelirnya semakin diamblaskan ke
lubang vagina gadis itu sampai mentok abis sudah dengan sekujur belahan daging
merah berbulu basah milik kekasih Ikhwan ini telah penuh oleh linangan cairan
persetubuhan, darah kesucian serta keringat keduanya yang berlelehan di sprei
ternoda itu. Laksana si cantik dan si buruk rupa, demikianlah perbedaan
sepasang insan yang berlainan jenis kelamin itu telah larut dalam rajutan
adegan birahi paksa di malam paling jahanam bagi kehidupan Hamidah dan
kekasihnya ini.Casino Online
“Entot terus sampai pagi, Obul! Pacu terus vaginanya..
jangan sampai lepas..!”,seloroh asep menyemangati lelaki kontet itu yang
pelirnya terus melumati liang peranakan gadis itu.
“Betul, Obul! Kau harus bisa membuatnya hamil malam ini
juga, sebab esok hari engkau akan kehilangan kesempatan lagi untuk itu..
perkosa gadis itu berulang-ulang agar pejumu dapat meresap didalam
rahimnya..!”,tambah Tohari. Ia sungguh senang melihat adegan lelaki dan
perempuan yang tengah bersetubuh, agaknya sudah sekian lama Tohari sering
mengintip pasangan suami istri nan sedang berbuat intim dikampungnya saat malam
sampai pagi hari dan ia lebih senang lagi mendapati pemandangan Obul dan Hamidah
nan jelas dimatanya secara nyata tanpa harus mengintip capek-capek.
Betapa terpukul hati Ikhwan mendapati kekasihnya yang tengah
dilalap tubuhnya bergiliran oleh mereka para bajingan penguasa itu, sementara dirinya
telah gagal untuk melawan kekuasaan dan sepak terjang mereka, rencana
pemberontakannya telah diketahui, bahkan kekasih yang dicintainya ini jatuh
dalam pelukan datuk cs ini. Kenikmatan demi kenikmatan dari kehangatan tubuh
kekasih tercintanya ini benar-benar dipertaruhkan untuk menebus keselamatan
nyawa Ikhwan dan itulah pengorbanan yang tak diketahui oleh kekasih Hamidah nan
telah terikat dengan perjanjian nista dalam satu malam panjang penuh durjana
paksa dan kemaksiatan nan bejad. Tubuh Obul semakin ketat dengan selangkangan Hamidah
yang kakinya bergoyang-goyang dalam cengkeraman dan hentakan yang dibuat oleh
lelaki tangan kanan sang penguasa itu, nafas lelaki itu semakin memburu senada
dengan gerakan maju mundurnya yang kian dipercepat. Sebentar-bentar Ikhwan
melihat vagina gadisnya itu dirojok-rojok, sebentar pula anus tunangannya ini
yang disodok, kesemuanya ini membuat pandangannya menjadi nanar dan berkunang-kunang
dalam kemarahan dan kepiluan hatinya yang semakin dirasanya remuk redam.
Obul sendiri begitu merasakan kenikmatan duniawi yang tiada
tara dengan menyetubuhi gadis ini, semua hasrat terpendam, impian serta luapan nafsunya
telah diarahkan sepenuhnya kepada tubuh bugil si kembang desa yang sangat
cantik ini yang kini telah berada dipelukannya bak kejatuhan durian runtuh nan
matang dipohon. Hamidah memang teramat cantik untuk digauli olehnya, rasanya
seperti mendapat dewi yang turun dari alam kahyangan, semua bentuk kesempurnaan
tubuh wanita telah ada diketelanjangannya. Lelaki jelek itu kini menelentangkan
tunangan wanita milik si pemberontak yang telah kalah itu, kemudian kedua kaki
kekasih orang lain ini dipentangkan terbuka dengan sangat lebar, masing-masing pergelangankakinya dipegang erat dengan separuh panggul dan selangkangan gadis belia itu
terangkat dari kasur. Dalam posisi demikian celah kemaluannya terhidang dan
semakin merekah membuka karenanya, Obul tanpa memegangi batang kejantanannya
yang masih tegak menantang itu kembali menghujam kedalam vagina Hamidah lagi.
Seketika amblaslah penis si jelek itu yang telah membuka seluruh jalan masuk
rahim korbannya yang masih sangat muda belia ini. Dahulu ia mengutarakan
cintanya di saat Hamidah berusia enam belas tahun, dan ia selalu terbayang akan
hal itu, sekarang dua tahun telah berlalu serta gadis ini telah berusia delapan
belas tahun, kini lubang kemaluan gadis itu tidak hanya buat kencing saja,
namun sudah dapat dipergunakan untuk memuasi nafsu kebinatangannya para lelaki.
Panggul gadis itu telah menggantung terangkat keatas
terkangkang dengan sepenuhnya, kejantanan Obul yang berurat masih menancap
keluar masuk didalamnya, bibir vagina gadis itu semakin sembab dipandang mata
karena terus digesek-gesekkan dengan tonggak pelir lelaki itu yang sudah terlumuri
cairan lendir sanggama dari keduanya, apalagi Hamidah baru saja diperawani
sehingga meninggalkan kelebaman pada bibir kemaluan luar dan dalamnya yang
sudah terkoyak. Gerakan Obul seakan mencabik-cabik isi didalamnya, penisnya
serasa penuh sesak dalam basuhan lubang panas ditubuh dara manis ini, dirasanya
puncak kenikmatan yang diraihnya semakin dekat ke tahap akhir. Namun lelaki itu
segera mencabut keluar lagi penisnya dari lubang pelampiasan hasrat gadis desa
nan menawan ini, tubuh kontetnya bertukar tempat ke arah kepala gadis itu
terlentang, lalu kedua ketiak lutut Hamidah di tariknya sampai panggulnya
berada diatas dan kepala gadis itu berada dibawah menopang berat tubuhnya
sendiri. Dengan jepitan kedua kakinya yang berdiri diatas ranjang, Obul
menjepit dan mengunci tubuh telanjang gadis itu sehingga gabungan tubuh
keduanya membentuk huruf “S” dengan tubuh bugil lelaki kontet itu diatas dan Hamidah
dibawahnya. Penis Obul lalu diselusupkan kembali ke dalam lubang sanggama gadis
desa nan malang tersebut dan setelah penisnya amblas kembali, kini ia memompa
tubuh telanjang gadis itu seperti orang yang tengah memompa ban sepeda,
berdiri.. jongkok.. berdiri.. jongkok.. begitu seterusnya. Sungguh disayangkan
sekali Hamidah masih tak sadarkan diri sehingga tak ada perlawanan sekali dalam
posisi persetubuhan yang tak lazim tersebut, namun adegan itu membuat semuanya
terhenyak heran.Beritaseks
“Wahh.. koq bisa ya dientotin kayak gitu?”,bengong asep
terpana.
“Aduh.. Obul memang perkasa deh..sebab dia tau bagaimana
cara menikmati perempuan muda yang cantiknya selangit ini.. biar aja si Ikhwan Cuma
kebagian sisanya nanti..hahaha..”,ledek Tohari yang membuat Ikhwan semakin mengkerut
dalam keputus-asaan, harga dirinya sebagai lelaki telah runtuh karena ia tak
mampu menolong kekasihnya nan diperkosa sedemikian rupa oleh bajingan-bajingan
tengik itu. Obul tambah merajalela dalam membuahi rahim si kembang desa cantik
ternama ini, penisnya semakin melesak-lesak mentok kedasar lubang kegadisan Hamidah
yang sebelumnya telah terlebih dahulu kehilangan keperawanannya ini, bisa-bisa
semuanya belajar dari lelaki kontet buruk rupa ini dalam mencari posisi
sanggama untuk menyetubuhi perempuan cantik seperti bunga desa itu. Tidak hanya
itu, jari-jari Obul ikutan mencolok-colok lubang anus dara itu yang sudah mengembang
sejak menerima kejantanannya pula, mengorek dan mengaduk liang poros usus Hamidahyang terkulai pingsan tanpa perlawanan sama sekali.
Terus memperkosa dalam keadaan demikian, membuat lelaki
buruk rupa ini akhirnya menyerah dalam buaian kehangatan vagina korbannya dan
tibalah saatnya ia harus melepaskan keperjakaannya pula diantara jepitan paha wanita
belia nan cantik mempesona ini. Tubuh Obul semakin menekuk luruh, dirasanya
seluruh otot-otot badannya menggelinjang dalam desakan arus birahi yang
mendesak-desak pembuluh darahnya nan berpusat di kelenjar lelakiannya, siap
untuk meledak seiring luapan nafsu yang selama ini terpendam pada Hamidah,
bunga desa yang ditaksirnya nan selalu hadir dalam setiap mimpi indahnya, dalam
setiap nafas terucap namanya serta di hatinya terukir nama gadis itu. Semuanya
kini meletup dalam dera birahi dahsyat, betapa kepala penis Obul yang
bersemayam dalam lorong rahim Hamidah memuntahkan cairan kepuasan syahwatnya
nan berupa semprotan air mani dimana tersimpan jutaan benih kelelakiannya
menggenangi isi lubang peranakan gadis itu.
“Srrr..crot..Crot! Croot! Croott!!”
“Jangan!..jangan di dalam! Bangsat kau Obul!!”,pekik Ikhwan
dalam hatinya yang telah mendidih menyaksikan gelepar-gelepar tubuh Obul
diambang puncak kenikmatan badani hewaniahnya kepada kekasihnya itu.
“Aaahhhhh…nggghh..uuhhhh”,erang lelaki kontet itu menghabisi
tetes-tetes terakhir air maninya kedalam belahan daging pasangan persetubuhannya
ini, merem melek menahan kenikmatan yang berlebihan berhasil menodai sang bunga
nan cantik menawan, kekasih saingannya, Ikhwan.
Sayup-sayup kelopak mata gadis itu terbuka dan tersadar dari
pingsannya, namun tubuhnya masih terkulai layu, dipandangnya wajah Ikhwan dalam
ketidakberdayaan takluk dalam dekapan kedua centeng yang melumpuhkannya. Hamidah
mendapati dirinya masih telanjang dalam pelukan Obul, dan lelaki kontet itu
melihat kesadarannya yang telah pulih. Hamidah menatap Ikhwan dengan tatapan mata
sendu yang tak terlukiskan oleh sang kekasih membuat hati Obul semakin teriris,
percuma saja aku memperkosa gadis ini, toh yang ada dihatinya tetap kanda Ikhwan
ini, kurang ajar!
Ditariknya pinggul gadis itu keatas sambil ia juga berdiri
diatas ranjang besar yang terdapat tiang-tiang kelambu dikeempat sudutnya itu,
hingga kedua kaki Hamidah terpentang diwajahnya dan kepala gadis itu tepat
berada diselangkangannya. Posisi enam sembilan sembari berdiri itu dilakukan Obul
agar rahim Hamidah dapat menyerap seluruh cairan benih kejantanannya,
dijepitnya pinggul gadis itu dalam keadaan terbalik dan jarinya menguak belahan
vagina itu lagi. Puas sudah hati Obul demi melihat belahan lubang itu telah
penuh berisi cairan pejuhnya yang putih laksana air susu yang memenuhi bibir gelas.
Kain yang mendekam dibibir gadis itu dicabutnya hingga terlepas dan sebelum Hamidah
bisa berucap kata, tangan Obul telah menekan kepala Hamidah ke selangkangannya
dimana pelirnya masih tegak teracung, dan masuklah penis itu kedalam bibir mungil
dara belia cantik itu lagi.
Ikhwan menyaksikan kesemuanya itu dengan darah mudanya nan
mendidih, betapa mulut gadis itu dipaksa melumat penis lelaki kontet buruk rupa
itu yang sesudah memperkosa kekasihnya berlumur cairan kemaluan keduanya beserta
darah kesuciannya pula. Obul seperti mengelap batang kejantanannya dengan
mempergunakan mulut gadis manis si bunga desa ini yang gelagepan menerima
sodokan-sodokan penis lelaki itu di rongga mulutnya. Kedua kaki gadis itu yang
mengangkang membuka dan mengatup seperti orang yang sedang berenang gaya katak
diatas wajah Obul, sebelum menjepit keras kepala lelaki kontet buruk rupa
tersebut dengan kaki-kakinya yang terjuntai keatas menyilang mengitari leher Obul.
Tampaknya itu adalah orgasme pertamadari gadis desa itu setelah siuman dari pingsannya, semua sensasi yang
berkumpul dalam belahan kegadisannya nan dinodai terus menerus sejak awal
membuahkan hasil yang membuatnya meraih puncak kenikmatan pertamanya sebagai
seorang wanita seutuhnya dalam persetubuhan dengan lelaki.
“Nnngghgh..Auffhhh…Ahhmm…Unnghhh!”,bibir vagina Hamidahpun
menjadi berkedut-kedut hebat dalam dekapan si kontet, air mani lelaki itu yang tadinya
luber di lubang kemaluannya seperti terhisap kedalam seirama dengan denyutan
vaginanya nan menelan pejunya Obul, lelaki yang dulu ia benci karena mengemis
cintanya, tapi kini yang berhasil mencicipi semua bagian terlarang ditubuhnya.
“Hahaha..Ikhwan! Lihatlah sekarang kekasihmu sudah takluk
dalam dekapku.. tidakkah engkau lihat sendiri benihku telah kutumpahkan ke
rahimnya.. ia akan menjadi seorang ibu dari anak-anakku kelak..dan akulah sang ayahnya..bukan
kamu Ikhwan! hahaha…”,beritaseks.comtawa kemenangan Obulpun membuncah ruah
keseluruh isi kamar itu bagai selaksa sembilu dalam pendengaran kekasih Hamidah.
Betapa malu dan hancur lubuk hati gadis itu yang diluar kendalinya ternyata
tubuhnya sendiri telah berserah kepada lelaki kontet itu, padahal dulu sama
sekali tak pernah diimpikannya bahwa ia akan disebadani oleh Obul.
Lelaki kontet buruk rupa ini kemudian membalikkan tubuh Hamidah,
digendongnya tubuh bugil gadis desa itu laksana anak kecil yang tengah digendong
ibunya, kedua kaki putihnya menyilang menjepit pinggang Obul. Penis Obul Ikhwanukkan
ke liang sanggamanya dan kembali beraksi dengan gagahnya didalam bibir vagina
gadis itu yang kembang kempot dibuatnya, kepala Hamidah terbanting ke kanan
kekiri dengan rambut terlecut-lecut sudah, mata gadis itu kini merem melek
dalam buaian kelelakian lelaki kontet itu, agaknya sudah terbiasa kembang desa
nan cantik ini diperkosa dalam kenikmatan.
“Kanda Ikhwan.. ohh..ssshh..tolong engkau jangan hiraukan
aku lagi..ahhh..sshhh.. aku sudah ternoda..uhh..uhh..ohhh…aku bukan gadis suci
lagi, kanda..ssshhh.. ahhh…mmmhh… mereka telah merenggut semua yang seharusnya
aku berikan kepadamu pada malam pertama kita nanti.. sshhh.. ouhhh.. ahhhh aku
tak layak untuk mendampingimu lagi kanda Ikhwan..ssshhh…oaahhh”,pinta gadis itu
sembari lobang vaginanya dipacu oleh lelaki kontet yang telah menaklukan tubuh
kekasihnya ini, seraya diiringi linangan air mata ia mengucapkan kalimat demi
kalimat itu dengan sangat lirih dalam erangan dan rintihan yang bercampur semua
nuansa sedih, pilu serta nikmat itu. Mungkin memang sudah takdirnya bunga desa
ini yang harus melewati malam kepedihan jahanam, sehingga ia harus membiasakan
diri diperkosa oleh para lelaki.
Ikhwanpun tak dapat lagi penuh meresapi kata-kata gadis itu,
matanya telah berkunang-kunang tak kuasa menyaksikan kenyataan di depan mata
kepalanya itu hingga membuat kesadarannya semakin lama semakin meredup bagaikan
mengalami mimpi yang paling buruk dalam hidupnya. Tubuhnya jatuh lunglai dari
berlutut ke telungkup dilantai kamar tersebut, dunia serasa gelap.. hening..
dan hampa.“Jangan..! jangan lagi kumohon..! Awwhhh!”
“Terima kasih Obul! Kau beri kami kesempatan juga untuk
menikmati bunga desa ini”
“Tapi ingat! Keluarkan di luar yahh?!”
“Beres..”
“Tidak! Jangan! Ohh Mas Ikhwan! Tolong aku!”
Bagai terhenyak dari tidur, Ikhwan mendengar suara itu dalam
telinganya, namun matanya serasa sulit untuk dibuka, lalu keadaan menjadi gelap
gulita lagi.. kosong.. nan berkepanjangan..
“Pantatnya benar-benar lezat nih .. akhhh..!”
“Argghhh! Awhhh…mmmphhh! Ampunn! Jangan disitu lagi! Aahhh..
Kumohon! Sudah! Sudahhh…!! Ammhhhppphh!”
Samar-samar terlihat tubuh kekasihnya dipangku oleh Tohari
dalam keadaan kedua kakinya terkangkang dengan masing-masing tungkainya di
cengkeram, penis lelaki itu terbenam dalam lobang anusnya, sementara tubuh
telanjang asep berdiri dan mengangkangi wajah Hamidah memaksa gadis desa cantik
itu mengenyot-ngenyot batang penisnya, namun mata Ikhwan kembali tertutup dalam
buaian tak sadarnya kembali..
“Masih ada yang mau lagi?! Sudah hampir pagi nih!! Kalo
tidak.. aku mau lagi membuahi rahimnya sekali lagi…”
“Kita udah capek.. biar kamu aja lagi, Obul”
“Hmm..vaginanya kuat sekali yah melayani kita bertiga?”
“Hehehe.. ini memang vagina untuk satu lobang buat
rame-rame”
“Hussh! Diam kau asep, nanti Obul marah..kamu bukannya
terima kasih ama dia..”
“Iya.. maaf.. terima kasih yah! Udah bagi-bagi ke kita ini vagina..”
“Sayang.. dia udah pingsan lagi..”
Selangkangan kekasihnya terbuka didepan matanya kembali,
memperlihatkan lubang kemaluannya nan telah bengkak kemerahan akibat digagahi
semalam suntuk, juga lobang duburnya sudah terkoyak penuh lelehan cairan peju
yang entah milik siapa.
“Hei! Kekasihnya bangun lagi tuh!!”
Bukk! Lalu dunia
kembali hilang dari pandangan Ikhwan.. kesadarannya jatuh di kegelapan yang
semu lagi.. sepi nan berkepanjangan sudah..
*****
Suara kicauan burung membangunkan Ikhwan dari pingsannya,
dia bangun dan hanya mendapati dirinya seorang diri masih di kamar itu, kamar
yang besar dengan ranjang sprei putih nan telah penuh bercak-bercak darah
perawan dan campuran keringat serta cairan kemaluan perkosaan semalam suntuk
itu. Hamidah sudah tak ada lagi, ia perlahan beringsut ke ranjang tersebut, sempak
gadis itu masih ada, tapi kini telah ternoda oleh cairan mani dan juga darah
gadis itu. kemana engkau wahai belahan jiwaku? Lelaki tunangan gadis desa itu
keluar dari kamar, hanya sepucuk surat ia temukan tergeletak diatas meja kayu
ruangan tamu rumah tersebut, dengan tangan gemetar ia membukanya dan mendapati
tulisan gadisnya nan basah dengan air mata disana;
Kanda Ikhwan..
Saat engkau membaca isi surat ini, mungkin aku sudah tiada
lagi di sini.. aku kini bukanlah seorang gadis suci lagi yang layak untuk
mendampingimu.. ketika pertama kali engkau hadir dalam kehidupanku, aku merasa
sangat bahagia sekali.. engkau adalah sosok idaman hidupku yang selalu menjadi impianku
semenjak kecil, engkau terlalu sempurna di mataku kanda.. segala perhatian yang
kau curahkan pada diriku membuat aku mengenal arti indahnya sebuah cinta dan
betapa sangat berartinya kehadiran seorang pria dalam hidupku.. namun selama
ini kau balas kejujuranku ini dengan seonggok dusta yang kau simpan begitu
rapi, hingga aku tak menyangka kebohonganmu itu telah membuat perjalanan
hidupku berubah.. teganya engkau menjadi pemberontak dan membuatku harus jatuh
ketangan penguasa.. apalah dayaku sebagai perempuan lemah dalam cengkraman
mereka.. kakek telah tiada meninggalkan hutang yang menumpuk, sedangkan kamu
merantau untuk sesuatu niat yang tak dapat kupercaya.. hingga saat Obul meminta
aku harus memilih..ikut dia atau ikut kamu..dengan sangat menyesal aku harus menerimaketulusan cintanya untukku.. dan harus melepaskanmu.. karena aku yakin ia telah
menabur benih dalam rahimku ini.. tak tahukah engkau penderitaanku semalam?
Mereka menodaiku tanpa henti..engkaupun tak berdaya.. aku harus apa? Katakan
padaku Ikhwan.. aku tak mungkin memilih mengikuti engkau dengan mimpi-mimpi buruk
kita ini.. lupakan aku dari hidupmu.. aku tak pantas untukmu.. jangan
khawatirkan aku lagi.. Obul telah berjanji akan membuatku bahagia, ia sungguh
sangat mencintaiku..
…..
…..
…..
Tak kuasa Ikhwan menekuni lanjutan kalimat isi surat itu
lagi.. ia kini pergi meninggalkan rumah tersebut dengan langkah lunglai yang tertatih-tatih..
berusaha melupakan kenangan manis kekasihnya yang telah menjadi milik orang
lain.
Labels: Gadis Desa, Pemerkosaan, Perawan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home